Thursday, December 04, 2008

mi ultimo adios


Mi Ultimo Adios (Selamat Tinggal untuk Kali Terakhir - untuk tanah airku)


Dr Jose P. Rizal

Terjemahan dari bahasa Sepanyol ke bahasa Inggeris diambil dari sini.
Terjemahan ke bahasa Melayu adalah usaha saya sendiri. Ada penyair Indonesia yang pernah menterjemahkannya - tentu sahaja dengan lebih baik - tetapi saya tidak ketemu di mana-mana.





Farewell, my adored Land, region of the sun caressed,
Selamat tinggal, Tanahku yang tercinta, wilayah yang dibelai matahari,

Pearl of the Orient Sea, our Eden lost,
Mutiara Lautan Timur, Syurga kita yang hilang,

With gladness I give you my Life, sad and repressed;
Dengan gembira kuserahkan Hidupku, yang duka dan tertindas;

And were it more brilliant, more fresh and at its best,
Dan kalaulah ia lebih meriah, lebih segar dan paling gemilang,

I would still give it to you for your welfare at most.
Tetap akan kuserahkan untuk pembelaanmu.




On the fields of battle, in the fury of fight,
Dalam medan perang, di tengah-tengah hangat pertarungan,

Others give you their lives without pain or hesitancy,
Manusia memberikan nyawa kepadamu tanpa kepedihan atau keraguan,

The place does not matter: cypress laurel, lily white,
Tempatnya tidak penting : laurel pergunungan atau cypress perkabungan, atau lili yang putih,

Scaffold, open field, conflict or martyrdom's site,
Tiang gantung, lapangan terbuka, pertempuran atau medan kesyahidan,

It is the same if asked by home and Country.
Tiada bezanya jika untuk menunaikan tuntutan tanah air dan Negara.




I die as I see tints on the sky b'gin to show
Aku pergi ketika mula tampak rona di langit

And at last announce the day, after a gloomy night;
Mengumumkan ketibaan hari, selepas malam yang murung dan sepi;

If you need a hue to dye your matutinal glow,
Jika kau memerlukan tinta untuk mewarnakan cahaya fajarmu,

Pour my blood and at the right moment spread it so,
Curahkanlah darahku dan apabila tiba waktunya limpahkanlah ia,

And gild it with a reflection of your nascent light!
Dan kilaukanlah dengan pantulan cahaya pertiwimu!




My dreams, when scarcely a lad adolescent,
Mimpiku, ketika masih anak-anak remaja,

My dreams when already a youth, full of vigor to attain,
Mimpiku sebagai pemuda, dengan kemahuan yang mendidih,

Were to see you, gem of the sea of the Orient,
Adalah untuk melihatmu, mutiara Lautan Timur,

Your dark eyes dry, smooth brow held to a high plane
Matamu yang hitam tidak dibasahi tangisan, roman yang mulia terangkat megah

Without frown, without wrinkles and of shame without stain.
Tanpa kerutan, tanpa kedutan, tanpa keaiban.




My life's fancy, my ardent, passionate desire,
Impian hidupku, hasratku yang membuak-buak, padu,

Hail! Cries out the soul to you, that will soon part from thee;
Wahai! Seru jiwaku kepadamu, yang akan berpisah daripadamu;

Hail! How sweet 'tis to fall that fullness you may acquire;
Wahai! Alangkah indahnya untuk gugur demi kesempurnaan untukmu;

To die to give you life, 'neath your skies to expire,
Untuk mati demi kehidupanmu, di bawah langitmu kutemui kesudahanku;

And in your mystic land to sleep through eternity !
Dan dalam bumimu yang penuh misteri, tidur yang abadi!




If over my tomb some day, you would see blow,
Jika di atas pusaraku suatu hari nanti, engkau lihat melayah,

A simple humble flow'r amidst thick grasses,
Sekuntum bunga biasa di celah rumput tebal,

Bring it up to your lips and kiss my soul so,
Bawalah ia ke bibirmu dan kucuplah jiwaku,

And under the cold tomb, I may feel on my brow,
Di bawah keranda yang dingin, mungkin terasa pada wajahku,

Warmth of your breath, a whiff of your tenderness.
Hangatnya nafasmu, sekelumit dari kasih sayangmu.




Let the moon with soft, gentle light me descry,
Biarlah cahaya lembut rembulan menerangiku dari jauh,

Let the dawn send forth its fleeting, brilliant light,
Biarlah fajar menghantarkan cahayanya yang seketika dan gemilang,

In murmurs grave allow the wind to sigh,
Lepaskanlah angin untuk mengeluh dengan bisikan yang syahdu,

And should a bird descend on my cross and alight,
Dan jika seekor burung hinggap di atas batu nisanku,

Let the bird intone a song of peace o'er my site.
Biarkan ia menyanyikan lagu damai di atas pusara itu.




Let the burning sun the raindrops vaporize
Padamkan matahari yang terbakar dengan titis hujan

And with my clamor behind return pure to the sky;
Dan aku galak mengekori kepulangannya dengan murni ke angkasa;

Let a friend shed tears over my early demise;
Biarkan sahabat-sahabat menangisi pemergianku yang awal;

And on quiet afternoons when one prays for me on high,
Dan pada tengah hari yang sepi apabila seseorang mendoakan aku,

Pray too, oh, my Motherland, that in God may rest I.
Doakan juga, Tanah Airku, bahawa aku bahagia di sisi Tuhanku.




Pray thee for all the hapless who have died,
Doakanlah untuk setiap yang malang yang telah mati,

For all those who unequalled torments have undergone;
Untuk semua yang telah melalui seksaan tak terperi;

For our poor mothers who in bitterness have cried;
Untuk ibu-ibu yang malang yang menangis patah hati;

For orphans, widows and captives to tortures were shied,
Untuk anak-anak yatim, para balu dan tawanan yang disingkirkan dengan kezaliman,

And pray too that you may see you own redemption.
Dan berdoalah juga agar untukmu, akan tertebus segala penderitaan.




And when the dark night wraps the cemet'ry
Dan apabila malam yang gelap merangkul perkuburan

And only the dead to vigil there are left alone,
Dan hanya yang telah mati tinggal berjaga sendiri,

Don't disturb their repose, don't disturb the mystery:
Usah diganggu ketenangan mereka, jangan punahkan segala misteri:

If you hear the sounds of cithern or psaltery,
Jika lantunan gitar yang halus sampai ke pendengaranmu

It is I, dear Country, who, a song t'you intone.
Itulah aku, tanah airku, untukmu aku memainkan lagu.




And when my grave by all is no more remembered,
Apabila perkuburanku sudah dilupakan,

With neither cross nor stone to mark its place,
Tiada batu penanda ataupun nisan,

Let it be plowed by man, with spade let it be scattered
Biarkan ia dibajak manusia, cangkul-cangkul membongkar tanahnya

And my ashes ere to nothingness are restored,
Dan tulang-tulangku kembali kepada asal,

Let them turn to dust to cover your earthly space.
Menjadi debu yang bertaburan di permukaan bumimu.




Then it doesn't matter that you should forget me:
Ketika itu tidak mengapalah jika kau melupakan aku:

Your atmosphere, your skies, your vales I'll sweep;
Udaramu, langitmu, lembahmu akan kulalu,

Vibrant and clear note to your ears I shall be:
Melodi merdu di telingamu, itulah aku:

Aroma, light, hues, murmur, song, moanings deep,
Aroma, cahaya, rona, bisikan, lagu, dan rintihan yang syahdu,

Constantly repeating the essence of the faith I keep.
Mengulang-ulang intisari keyakinan peganganku.




My idolized Country, for whom I most gravely pine,
Negaraku yang tercinta, yang aku rindu-rindu

Dear Philippines, to my last goodbye, oh, harken
Filipinaku sayang, untuk selamat tinggalku yang terakhir, oh dengarlah

There I leave all: my parents, loves of mine,
Di sini aku tinggalkan semuanya: ibu bapaku, cinta-cintaku

I'll go where there are no slaves, tyrants or hangmen
Aku pergi di mana tiada hamba, penguasa kejam atau algojo

Where faith does not kill and where God alone does reign.
Di mana agama tidak mematikan dan hanya Tuhan yang memegang kekuasaan.




Farewell, parents, brothers, beloved by me,
Selamat tinggal, ayah bonda, saudara-saudara, semua yang tercinta,

Friends of my childhood, in the home distressed;
Sahabat waktu kanak-kanakku, di tanah air yang sengsara

Give thanks that now I rest from the wearisome day;
Bersyukurlah, sekarang aku menemui kerehatan sesudah hari yang memenatkan;

Farewell, sweet stranger, my friend, who brightened my way;
Selamat tinggal, wahai pendatang yang manis, temanku, yang menceriakan jalanku;

Farewell, to all I love. To die is to rest.
Selamat tinggal, kepada semua yang kusayangi. Kematian adalah kerehatan.






-meow-

1 comment:

Anonymous said...
This comment has been removed by a blog administrator.